Kesalahan Finansial yang Sering Dilakukan Anak Muda dan Cara Menghindarinya

Diposting pada

Di usia muda, wajar kalau semangat hidup masih tinggi, keinginan besar, dan rasa ingin mencoba berbagai hal terus muncul. Tapi sering kali, semangat itu nggak diimbangi dengan kemampuan mengatur uang. Akhirnya, banyak anak muda yang baru menyadari kesalahan finansialnya setelah terlambat—misalnya saat mulai menanggung cicilan, tabungan kosong, atau tidak punya dana darurat sama sekali.

Padahal, masa muda adalah waktu terbaik untuk membangun pondasi keuangan yang kuat. Kesalahan finansial kecil yang dianggap sepele bisa berdampak panjang jika tidak segera diperbaiki. Nah, supaya kamu tidak mengulangi kesalahan yang sama seperti banyak orang lainnya, yuk bahas apa saja kesalahan finansial yang sering dilakukan anak muda dan cara menghindarinya.

1. Menganggap Gaji Setiap Bulan Pasti Cukup

Banyak anak muda yang hidup dengan mindset “yang penting bisa survive bulan ini”. Karena merasa gaji bulan depan akan tetap ada, mereka bebas belanja tanpa mikir panjang.

Padahal, hidup bisa berubah kapan saja:

  • pekerjaan bisa hilang,
  • gaji bisa berkurang,
  • biaya hidup bisa tiba-tiba naik.

Tanpa manajemen keuangan yang baik, pendapatan bulanan yang stabil pun bisa habis tak tersisa sebelum akhir bulan.

Cara Menghindari

Sisihkan minimal 10–20% gaji di awal, bukan menunggu sisa.

Buat budget bulanan yang realistis.

Tanamkan mindset: gaji adalah alat, bukan jaminan.

2. Terlalu Mudah Tergoda Lifestyle

Anak muda zaman sekarang terekspos banyak gaya hidup “ideal”:

coffee shop kekinian, outfit trending, gadget terbaru, liburan yang instagramable, nongkrong setiap weekend, dan berbagai aktivitas lain yang membuat pengeluaran membengkak.

Masalahnya, sering kali gaya hidup tersebut dilakukan bukan karena perlu, tapi karena ingin ikut tren atau FOMO.

Cara Menghindari

Prioritaskan gaya hidup sesuai kondisi finansial, bukan kondisi sosial.

Kurangi paparan konten konsumtif (misal mulai disable rekomendasi beli-beli).

Biasakan membuat batasan: nongkrong maksimal 1–2 kali seminggu, dan itu pun sesuai budget.

3. Tidak Punya Dana Darurat

Banyak anak muda berpikir: “Ngapain punya dana darurat, kan masih muda dan sehat.”

Padahal justru di masa muda, kemampuan menabung lebih besar karena tanggungan masih sedikit. Tanpa dana darurat, kejadian tak terduga seperti terserang penyakit, laptop rusak, atau kehilangan pekerjaan bisa sangat mengganggu stabilitas keuangan.

Cara Menghindari

Mulai dari target kecil: Rp1 juta pertama.

Setelah itu, bangun dana darurat hingga 3–6 bulan biaya hidup.

Simpan di rekening khusus agar tidak mudah terpakai.

4. Terlalu Bergantung pada Paylater & Kartu Kredit

Paylater, cicilan 0%, dan kartu kredit sebenarnya bukan musuh. Yang jadi masalah adalah ketika digunakan tanpa kontrol.

Anak muda sering melihat cicilan kecil bulanan sebagai “tidak apa-apa”, tapi tanpa sadar jumlahnya bisa menumpuk.

Contoh klasik:

  • Cicilan HP: Rp400.000
  • Paylater belanja: Rp250.000
  • Cicilan sepatu: Rp150.000
  • Paylater nongkrong: Rp100.000
  • Total: Rp900.000/bulan

Padahal penghasilannya belum tentu cukup untuk menanggung cicilan sebesar itu.

Cara Menghindari

Gunakan paylater hanya untuk kebutuhan, bukan lifestyle.

Pastikan total cicilan maksimal 30% dari penghasilan bulanan.

Jika sulit menahan diri, nonaktifkan atau hapus aplikasi kredit.

5. Belanja Impulsif Tanpa Dipikir

Salah satu kelemahan umum anak muda adalah belanja impulsif.

Contohnya:

melihat diskon → langsung checkout,

lihat teman pakai barang tertentu → ikut beli,

lihat iklan di TikTok → kepincut beli.

Belanja impulsif ini bisa membuat isi rekening habis tanpa sadar.

Cara Menghindari

Praktikkan aturan sederhana:

Tunda 24 jam sebelum beli hal yang tidak mendesak.

Biasanya setelah ditunda, keinginan berkurang dengan sendirinya.

6. Tidak Mencatat Pengeluaran

Mengandalkan ingatan untuk memantau pengeluaran adalah kesalahan klasik. Anak muda sering merasa “pengeluaran masih aman”, padahal sebenarnya banyak kebocoran halus seperti:

jajan kecil,

top up game,

ongkir makanan online,

langganan aplikasi yang sudah lupa.

Tanpa pencatatan, kamu sulit mengevaluasi ke mana uang pergi setiap bulan.

Cara Menghindari

Gunakan aplikasi pencatat keuangan (banyak yang gratis).

Atau cukup pakai spreadsheet sederhana.

Lakukan evaluasi bulanan untuk memperbaiki pola pengeluaran.

7. Tidak Mulai Investasi dari Awal

Banyak anak muda berpikir investasi itu hanya untuk orang kaya atau yang sudah mapan. Padahal justru sebaliknya: investasi paling menguntungkan dilakukan saat masih muda karena kamu punya waktu panjang untuk menikmati efek compounding.

Tapi sebagian anak muda malah mengabaikannya karena:

takut rugi,

merasa tidak punya cukup uang,

belum tahu cara mulai.

Padahal investasi bisa mulai dari Rp10.000–Rp50.000.

Cara Menghindari

Mulai dari yang paling mudah: reksa dana pasar uang atau logam mulia.

Pelajari dulu sebelum invest di instrumen berisiko.

Konsisten sisihkan nominal kecil setiap bulan.

8. Terlalu Sering Nongkrong dan Jajan di Luar

Nongkrong itu menyenangkan, tapi kalau dilakukan terlalu sering bisa menguras keuangan. Misalnya, nongkrong di kafe dengan harga minuman Rp30.000–50.000, dilakukan 3–4 kali seminggu, efeknya bisa besar di akhir bulan.

Belum lagi jajan impulsif di luar, makanan online, dan kegiatan sosial lain.

Cara Menghindari

Tetapkan budget bulanan untuk nongkrong.

Pilih tempat yang lebih ramah kantong.

Sesekali bawa bekal atau kopi dari rumah.

9. Gaji Dipakai Semua Tanpa Menyisakan Tabungan

Masalah ini sangat umum terjadi:

“Gaji buat hidup sebulan, tabungan nanti kalau ada sisa.”

Masalahnya, sisa itu jarang ada.

Kalau menabung mengandalkan sisa, hasilnya pasti sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali.

Cara Menghindari

Terapkan metode “pay yourself first”. Artinya, tabung dulu baru belanja.

Gunakan fitur auto-debet supaya tidak lupa.

Simpan tabungan di rekening terpisah agar tidak tercampur.

10. Tidak Memikirkan Masa Depan

Anak muda sering merasa masa depan masih jauh.

Punya rumah? Nanti saja.

Punya tabungan menikah? Nanti saja.

Pensiun? Wah itu mah urusan umur 50-an.

Padahal biaya hidup ke depan akan semakin mahal:

harga properti naik,

inflasi meningkat,

kebutuhan hidup bertambah.

Kalau tidak mulai menyiapkan dari sekarang, masa depan bisa terasa lebih berat.

Cara Menghindari

Buat tujuan finansial jangka pendek, menengah, dan panjang.

Mulai menabung untuk tujuan besar, meski sedikit-sedikit.

Pelajari manajemen keuangan dasar sejak dini.

Penutup

Kesalahan finansial di masa muda itu wajar, tapi bukan berarti dibiarkan. Semakin cepat kamu sadar dan memperbaiki kebiasaan buruk, semakin mudah kamu membangun masa depan yang stabil dan bebas dari masalah finansial.

Mulailah dari hal kecil:

  • catat pengeluaran,
  • kurangi belanja impulsif,
  • sisihkan tabungan di awal,
  • bangun dana darurat,
  • mulai investasi semampunya.

Ingat, keuangan yang sehat bukan soal berapa besar gajimu, tapi bagaimana kamu mengatur dan menggunakannya dengan bijak. Dengan kebiasaan yang tepat sejak muda, kamu bisa punya masa depan finansial yang jauh lebih cerah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *